Rabu, 27 April 2011

7 Persen Balita Terkena Alergi Susu Sapi



Anak minum susu (Foto: Corbis)
Anak minum susu (Foto: Corbis)
MESKI susu dikenal baik untuk membantu pertumbuhan  karena berbagai kandungan gizi yang terdapat di dalamnya, tak jarang anak-anak pun terserang alergi karenanya. Apa pasal?
 
Alergi susu sapi merupakan kasus yang paling sering dijumpai pada anak. Secara umum, ada sekira 3-7 persen balita yang mengalami alergi susu sapi. Jika tidak segera diatasi dengan baik, alergi ini pun dapat mengganggu tumbuh kembang mereka. Karenanya, orangtua pun dihimbau untuk segera melakukan langkah preventif agar alergi pada anak dapat segera diatasi dan tumbuh kembang mereka pun berjalan optimal.
 
Dr dr Zakiudin Munasir SpA(K) dalam acara media edukasi “Alergi Susu Bukan Penghalang Pertumbuhan Anak” di Ruang Sanur, Gran Melia, Rabu (27/4/2011) mengatakan, alergi susu sapi pada anak sebenarnya bisa terjadi karena anak sensitif terhadap komponen protein susu sapi atau pada proses pembuatan susu tersebut. Alergi susu sapi terjadi bila kekebalan tubuh anak bereaksi terhadap protein dalam susu sapi. Hal ini biasanya terjadi karena saluran pencernaan anak belum berfungsi dengan sempurna, sehingga protein susu sapi belum dapat dicerna atau dipecah dengan baik dalam tubuh.
 
Pada anak yang hipersensitif, protein tersebut dapat memicu terbentuknya zat antibodi yang disebut immunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE dapat menyebabkan pelepasan histamin, zat yang menimbulkan berbagai reaksi alergi dalam tubuh. Gejala alergi susu sapi sangat beragam, di antaranya kulit menjadi kemerahan, gatal, bengkak, dan eksim. Alergi juga dapat mengganggu saluran pencernaan yang mengakibatkan mual, muntah, diare, dan sakit perut. Selain itu, gejala alergi pun dapat terjadi pada saluran pernapasan seperti batuk pilek berulang, sesak nafas, dan asma.
 
"Komponen protein pada susu yang paling sering menimbulkan reaksi alergi adalah B-lactoglobulin," ujar dr Zakiudin.
 
Selain faktor tersebut, reaksi alergi biasa dipicu oleh faktor genetika, nutrisi, dan lingkungan di mana faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi tumbuh kembang anak. Dalam proses tumbuh kembangnya, anak memerlukan nutrisi untuk menunjang kemampuan otak dan daya tahan tubuh mereka. Dalam hal ini, susu merupakan sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu kaya akan makro dan mikro nutrein yang diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang anak.
 
Namun apa jadinya ketika susu yang kaya akan jutaan manfaat tersebut justru menimbulkan reaksi alergi bagi buah hati Anda?
 
Menurut dr Attila Dewanti SpA dalam kesempatan yang sama, anak dengan alergi susu sapi sebaiknya diberikan ASI karena merupakan nutrisi terbaik bagi bayi yang akan berefek positif terhadap sistem ketahanan tubuh anak. Bila ASI tidak memungkinkan atau tidak mencukupi, bisa menggunakan susu pengganti, misalnya susu berbahan dasar nabati.
 
Dijelaskan dr Attila, susu pertumbuhan berbahan dasar isolat protein kedelai yang dirancang khusus untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan studi klinis menunjukkan bahwa susu berbahan dasar protein kedelai menunjang tumbuh kembang anak secara optimal setara dengan susu sapi. Inilah yang kemudian bisa menjadi alternatif pengganti susu sapi, sehingga kebutuhan nutrisi anak tetap terpenuhi.
 
Isomil Plus Advance persembahan Abbot bisa menjadi salah satu referensi yang bisa dicoba. Isomil Plus Advance merupakan susu pertumbuhan berbahan dasar isolat protein kedelai, yang bebas laktosa dan bebas protein sapi, serta dapat menjadi solusi alternatif bagi buah hati Anda yang mengalami alergi susu sapi atau sering mengalami diare akibat intoleransi laktosa. Kandungan ALA, LA, Kolin, zat besi, dan zinc yang ada di dalamnya membantu tumbuh kembang anak secara optimal. Apalagi susu ini pun diperkaya dengan protein yang difortifikasi dengan L-Methionine serta ekstra kalsium untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi. Jadi, jangan lagi bingung bukan atasi alergi susu pada anak. Kuncinya, ketahui tata laksana yang tepat sehingga pertumbuhan buah hati pun tetap berjalan normal.

0 komentar:

Posting Komentar